Selasa, 19 Mei 2015

Aktivitas Penggalian Batu Kalimaya Banten



Melihat Aktivitas Penambangan Batu Kalimaya di Sajira
Masuk Lubang Galian, Tak Pulang Hingga Berhari-hari

Di Lebak, ada tiga kecamatan yang disebut-sebut sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam Batu Kalimaya yaitu Kecamatan Maja, Sajira dan Curugbitung. BANPOS pun melakukan penelusuran ke lubang penggalian di daerah Margasari, Sajira.
Sabtu, (28/2) lalu, reporter BANPOS, Edo Dwi mengunjungi salah satu area yang dijadikan lokasi perburuan Batu Kalimaya. BANPOS datang ke daerah itu sekitar pukul 10.00 WIB. Untuk sampai di lokasi penambangan, harus melakukan perjalanan kembali sekitar 1 kilometer ke dalam hutan. Jalan setapak yang becek dan licin, menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi reporter kami menuju loksi itu.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi galian Batu Kalimaya, hanya terlihat pepohonan yang lumayan lebat. Lobang-lobang galian itu memang terdapat di antara bebukitan yang basah.
Tiba di lokasi, BANPOS melihat belasan lubang galian. Jarak antara satu lubang dengan lubang lainnya sekitar 20 meteran. Di masing-masing lubang itu, berdiri dua orang warga yang bertugas mengangkat sisa-sisa batu tetelan ke permukaan menggunakan ember yang sudah diikat dengan tambang.
Di dalam lubang, ada dua orang yang bertugas mencari dan memisahkan Batu Kalimaya yang berkualitas dengan batu lain yang kurang baik. Sisa-sisa batu yang dipisahkan itu oleh si penggali dimasukan dalam ember. Kalau sudah penuh dia memberi tanda kepada rekannya yang di atas untuk ditarik. “Yu tarik.” Kata suara di dalam lubang.
Dua warga yang di atas pun langsung menarik tambang. Saat tiba di permukaan, sisa-sisa batu itupun ditumpahkan begitu saja. Warga yang ada di sekitar lokasi galian langsung memungut dan mencari kalimaya di antara sisa-sia tetelan tersebut.
Sekitar pukul 12.00 WIB. Datang tengkulak yang kemudian dipanggil Pak Koni oleh para penggali. Pria yang mengenakan topi itu merupakan warga Rangkasbitung. Dia kemudian berteriak bahwa jam makan siang sudah tiba. “Yu naik-naik, makan siang-makan siang,” kata Pak Koni dengan nada bergurau.
Dari lubang galian yang memiliki kedalaman belasan meter itupun muncul satu persatu penggali. BANPOS melihat bahwa mereka hanya menggunakan sebatang bambu yang dijadikan tangga untuk naik dan turun. Tiba di permukaan, para penggali kemudian beristirahat sejenak di warung kopi yang memang ada di sekitar lokasi galian. Mereka memesan kopi dan memakan beberapa pisang goreng. Sungguh suasana yang sangat identik dengan suasana desa.
Saat beristirahat itu, Pak Koni ikut nimbrung. Mereka ngobrol apa saja terkait hasil galian. Pak Ahmad, salah seorang penggali kemudian mengeluarkan batu kalimaya jenis teh sebesar ujung jari kelingking. Pak Koni langsung memeriksa batu itu dengan senter untuk melihat seberapa bagus jarong yang keluar dari batu itu.
Setelah memeriksa, Pak Koni mengeluarkan uang pecahan Rp100 ribuan dan menyerahkan ke Pak Ahmad. Total uang yang diberikan untuk satu batu itu sebesar Rp1.500.000.
Selain batu super yang dijual itu, penggali juga menyimpan bongkahan batu kualitas 2 atau Kw 2. Tidak seperti sisa tetelan yang ditumpahkan tadi, batu-batu Kw 2 itu dia simpan dan sudah ada pemesannya.
Begitulah aktivitas galian dan transaksi jual beli Batu Kalimaya di lokasi galian. Dan itu terjadi setiap hari. Para tengkulak datang dan bertransaksi kemudian pergi lagi dan datang lagi kemudian.
Menurut cerita Pak Ahmad. Dia dan rekannya secara bergantian masuk ke dalam lubang untuk mencari kalimaya. Alat yang digunakan hanyalah head lamp atau senter kepala. Bekal yang dibawa saat masuk kedalam lubang hanya air putih, korek, dan rokok.
Kalau waktu itu yang masuk ke lubang galian adalah dirinya, maka saat dia naik ke permukaan, rekan dia yang sebelumnya bertugas mengangkat tetelan dengan emberlah yang akan masuk ke lubang dan mencari kalimaya. Ahmad mengaku, dirinya tidak pulang selama melakukan penambangan. Semua kebutuhan makan dan minum dia lakukan di lokasi penambangan.
Camat Curugbitung, Dartim yang merupakan salah satu camat yang di wilayahnya terkandung batu kalimaya mengaku bangga dengan apa yang ada. Dia juga bersyukur dengan adanya trend batu akik saat ini, sebab secara tidak langsung berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Menurutnya, tak sedikit warga yang beralih usaha atau sekedar menjadikan usaha sampingan sebagai pencari bahaan baku Batu Kalimaya, atau menjadi penggosok batu. Bahkan kata Dartim, sejak Batu Kalimaya banyak diburu, anak-anak sekolah pun mencari pecahan -pecahan bahan mentah batu tersebut sepulang sekolah.
“Ya, mereka (anak-anak sekolah, red) bilang hasilnya lumayan buat jajan,” kata Dartim.
"Jujur saya bangga dengan adanya potensi alam ini. Sebab selain membawa perubahan terhadap perekonomian masyarakat, hal ni mampu membawa harum nama daerah," kata Dartim.
Dan sekalipun dirinya bukan pehobi batu, namun karena di wilayahnya merupakan salah satu potensi penghasil Batu Kalimaya, maka dia pun memakain batu cicin jenis kalimaya dari daerahnya.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar