Melihat
Aktivitas Penambangan Batu Kalimaya di Sajira
Masuk
Lubang Galian, Tak Pulang Hingga Berhari-hari
Di
Lebak, ada tiga kecamatan yang disebut-sebut sebagai daerah yang memiliki
sumber daya alam Batu Kalimaya yaitu Kecamatan Maja, Sajira dan Curugbitung.
BANPOS pun melakukan penelusuran ke lubang penggalian di daerah Margasari,
Sajira.
Sabtu,
(28/2) lalu, reporter BANPOS, Edo Dwi mengunjungi salah satu area yang
dijadikan lokasi perburuan Batu Kalimaya. BANPOS datang ke daerah itu sekitar
pukul 10.00 WIB. Untuk sampai di lokasi penambangan, harus melakukan perjalanan
kembali sekitar 1 kilometer ke dalam hutan. Jalan setapak yang becek dan licin,
menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi reporter kami menuju loksi itu.
Sepanjang
perjalanan menuju lokasi galian Batu Kalimaya, hanya terlihat pepohonan yang
lumayan lebat. Lobang-lobang galian itu memang terdapat di antara bebukitan
yang basah.
Tiba
di lokasi, BANPOS melihat belasan lubang galian. Jarak antara satu lubang
dengan lubang lainnya sekitar 20 meteran. Di masing-masing lubang itu, berdiri
dua orang warga yang bertugas mengangkat sisa-sisa batu tetelan ke permukaan menggunakan ember yang sudah diikat dengan
tambang.
Di
dalam lubang, ada dua orang yang bertugas mencari dan memisahkan Batu Kalimaya
yang berkualitas dengan batu lain yang kurang baik. Sisa-sisa batu yang
dipisahkan itu oleh si penggali dimasukan dalam ember. Kalau sudah penuh dia
memberi tanda kepada rekannya yang di atas untuk ditarik. “Yu tarik.” Kata
suara di dalam lubang.
Dua
warga yang di atas pun langsung menarik tambang. Saat tiba di permukaan,
sisa-sisa batu itupun ditumpahkan begitu saja. Warga yang ada di sekitar lokasi
galian langsung memungut dan mencari kalimaya di antara sisa-sia tetelan
tersebut.
Sekitar
pukul 12.00 WIB. Datang tengkulak yang kemudian dipanggil Pak Koni oleh para
penggali. Pria yang mengenakan topi itu merupakan warga Rangkasbitung. Dia
kemudian berteriak bahwa jam makan siang sudah tiba. “Yu naik-naik, makan
siang-makan siang,” kata Pak Koni dengan nada bergurau.
Dari
lubang galian yang memiliki kedalaman belasan meter itupun muncul satu persatu
penggali. BANPOS melihat bahwa mereka hanya menggunakan sebatang bambu yang
dijadikan tangga untuk naik dan turun. Tiba di permukaan, para penggali
kemudian beristirahat sejenak di warung kopi yang memang ada di sekitar lokasi
galian. Mereka memesan kopi dan memakan beberapa pisang goreng. Sungguh suasana
yang sangat identik dengan suasana desa.
Saat
beristirahat itu, Pak Koni ikut nimbrung. Mereka ngobrol apa saja terkait hasil
galian. Pak Ahmad, salah seorang penggali kemudian mengeluarkan batu kalimaya
jenis teh sebesar ujung jari kelingking. Pak Koni langsung memeriksa batu itu
dengan senter untuk melihat seberapa bagus jarong yang keluar dari batu itu.
Setelah
memeriksa, Pak Koni mengeluarkan uang pecahan Rp100 ribuan dan menyerahkan ke
Pak Ahmad. Total uang yang diberikan untuk satu batu itu sebesar Rp1.500.000.
Selain
batu super yang dijual itu, penggali juga menyimpan bongkahan batu kualitas 2
atau Kw 2. Tidak seperti sisa tetelan yang ditumpahkan tadi, batu-batu Kw 2 itu
dia simpan dan sudah ada pemesannya.
Begitulah
aktivitas galian dan transaksi jual beli Batu Kalimaya di lokasi galian. Dan
itu terjadi setiap hari. Para tengkulak datang dan bertransaksi kemudian pergi
lagi dan datang lagi kemudian.
Menurut
cerita Pak Ahmad. Dia dan rekannya secara bergantian masuk ke dalam lubang
untuk mencari kalimaya. Alat yang digunakan hanyalah head lamp atau senter kepala. Bekal yang dibawa saat masuk kedalam
lubang hanya air putih, korek, dan rokok.
Kalau
waktu itu yang masuk ke lubang galian adalah dirinya, maka saat dia naik ke
permukaan, rekan dia yang sebelumnya bertugas mengangkat tetelan dengan
emberlah yang akan masuk ke lubang dan mencari kalimaya. Ahmad mengaku, dirinya
tidak pulang selama melakukan penambangan. Semua kebutuhan makan dan minum dia
lakukan di lokasi penambangan.
Camat
Curugbitung, Dartim yang merupakan salah satu camat yang di wilayahnya terkandung
batu kalimaya mengaku bangga dengan apa yang ada. Dia juga bersyukur dengan
adanya trend batu akik saat ini, sebab secara tidak langsung berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Menurutnya,
tak sedikit warga yang beralih usaha atau sekedar menjadikan usaha sampingan sebagai
pencari bahaan baku Batu Kalimaya, atau menjadi penggosok batu. Bahkan kata
Dartim, sejak Batu Kalimaya banyak diburu, anak-anak sekolah pun mencari
pecahan -pecahan bahan mentah batu tersebut sepulang sekolah.
“Ya,
mereka (anak-anak sekolah, red) bilang hasilnya lumayan buat jajan,” kata Dartim.
"Jujur
saya bangga dengan adanya potensi alam ini. Sebab selain membawa perubahan
terhadap perekonomian masyarakat, hal ni mampu membawa harum nama daerah,"
kata Dartim.
Dan
sekalipun dirinya bukan pehobi batu, namun karena di wilayahnya merupakan salah
satu potensi penghasil Batu Kalimaya, maka dia pun memakain batu cicin jenis kalimaya
dari daerahnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar